saat di Cambridge University

saat di Cambridge University

Laman

Rabu, 07 September 2016

Skripsi, si script yang sweet

Menulis skripsi gampang atau susah? Pernah suatu ketika teman bertanya tentang skripsi. Bagiku menulis skripsi bukan gampang atau susah, namun mau atau tidak kita mengerjakannya. Seperti menulis karya tulis lain, menulis skripsi adalah sebuah proses menulis yang bisa jadi terpanjang dalam hidup, hehehe. Maksudnya adalah menulis skripsi membutuhkan waktu dan prioritas dalam pengerjaannya. Tidak bisa tring, semalam jadi dan waw skripsi kamu hebat banget. Nono. Layaknya sebuah pisau, bagian bawah pisau akan menjadi tajam apabila terus kita mengasahnya. Demikian skripsi, akan menjadi cetar tulisan kita bila kita telaten mengerjakan dan konsisten.

Lantas mulai dari mana? Temanku lagi lagi bertanya, begini, menulis ibaratkan menuang air dari sebuah cangkir ke dalam sebuah gelas. Apabila tidak ada air, maka kita tidak bisa memenuhi cangkir bukan? Membaca diibaratkan sebagai air yang berada di dalam cangkir, otak kita ibaratkan cangkir, dan kertas kosong kita ibaratkan gelas. Cangkir kita perlu diisi dengan air begitu juga otak kita, perlu diisi dengan banyak membaca. Pertanyaannya terjawab bukan? Jadi memulai menulis skripsi dimulai dari banyak membaca. Bacalah sebanyak banyaknya buku dan teori yang sesuai dengan bidangmu. Bacalah penelitian penelitian terdahulu, majalah dan koran serta sumber berita lain. Serap sebanyak banyaknya informasi terkini dan pahami sedalam dalamnya teori.

Skripsi saya, Analisis Netralitas Uang Indonesia Studi Kasus 1990-2014

Kalo sudah membaca, apa ide skripsi muncul begitu saja? Belum tentu juga. Kadang memang kita harus memilih, mana ide yang menarik bagi kita. Pilihan bisa berdasarkan ketertarikan kita terhadap ide tersebut, ketersediaan data atau keterbatasan lain. Namun setidaknya dengan membaca lebih banyak, kita menjadi lebih banyak memiliki alternatif ide, semakin tahu informasi update semakin tahu ada permasalahan yang baru. Semakin memahami teori semakin bisa menjelaskan sebuah fenomena dari kacamata ilmiah.

Terkhusus untuk teori, teori diibaratkan sebagai peta. Dengan membaca peta kita jadi tahu letak gunung di sebuah daerah. Bagaimana bentuk tanah dan di mana letak laut. Dengan memahami teori, kita bisa memahami hubungan satu variabel dengan variabel lain. Kita bisa memprediksi apakah hubungannya positif, atau negatif. Lebih lanjut kita bisa menjadikan dugaan awal atau hipotesis bagi penelitian kita. Tentunya dengan memahami asumsi asumsi dan melihat kenyataan secara empiris. Intinya kita akan mudah memahami sebuah fenomena jika kita tahu teori yang melatarbelakangi kejadian tersebut.

Kalau sudah paham teori sudah bisa menulis? Hmm butuh sedikit lagi. Coba kita mulai melihat fakta empiris di lapangan seperti apa? Dan coba di hubungkan dengan teori. Kira kira mendukung teori tertentu atau justru melawan teori tersebut? Mengapa kok bisa mendukung atau mengapa berlawanan? Nah disini kita mulai bisa membuat pendahuluan. Ya, fakta dan data awal bisa kita gunakan untuk menjelaskan pendahuluan skripsi kita. Pendahuluan adalah serangkaian fakta dan data yang menuntun pada perumusan masalah.

Ada perbedaan antar teori dan empiris bisa jadi merupakan celah bagi penelitian kita. Kita bisa menguji perbedaan empiris kita dan teori yang melatarbelakangi. Hal tersebut menuntun pada perumusan masalah. Setelah itu kita bisa menentukan tujuan penelitian kita. Misal tadi kita menemukan ada beda di awal antara data empiris dan teoritis. Berarti inti dari skripsi kita atau tujuan skripsi kita adalah meacri tahu mengapa ada perbedaan? Apa seja sebab sebab yang menyebabkan fakta empiris berbeda dengan teori? Atau secara bahasa yang ditulis nanti, bisa jadi tujuann penelitian mu adalah menguji secara empiris teori tertentu di daerah tertentu pada periode tertentu.

Sampai disini paham? Aku balik bertanya pada temanku. Yang tadi aku jelaskan adalah rentetan menulis bab 1 dalam skripsi. Mengapa bab satu menjadi penting, (meskipun semua bab penting ) karena bab satu merupakan pengantar bagi bab bab selanjutnya. Bisa saja perubahan pada bab satu mengubah isi keseluruhan skripsimu. Haha teman ku hanya manggut manggut.

            Okey, kita skip dulu tinjauan pustaka. Karena kamu sudah paham kan? Tanyaku. Hmm yaya, tinjauan pustaka itu tinggal copy paste kan dari buku? Jawab dia. Hadooh... bukan, bukan, bukan asal potong tempel. Sedikit saja aku jelaskan ya, tinjauan pustaka itu adalah teori yang tadi kamu baca itu lho di awal. Yang mendukung atau memeprkuat fakta data yang kamu jelaskan di pendahuluan. Jadi ada kesinambungan antara pendahuluan dan tinjauan pustaka. Malah bisa jadi berisi penelitian mutakhir pada bidang mu. Itu juga bisa jadi tinjauan pustaka. Jadi ga asal copy paste.

            Hmm yaya, sambil nyengir kuda dia. Okey kalo metodologi penelitian itu apa? Jadi setelah kau memahami teori dan mengerti hubungan antar variabel, dalam bab metodologi penelitian itulah dijelaskan variabel yang kamu gunakan parameternya apa? Ukurannya seperti apa. Setelah jelas variabel yang kamu gunakan apa nah metode dalam menguji hubungan variabel itu menggunakan alat analisis apa? Jadi alat analisis itu mengikuti tujuan penelitianmu. Bukan tujuan penelitian yang mengikuti alatmu. Alat analisis bukan untuk keren kerena. Bisa jadi dengan alat yang sederhana sudah bisa terjawab masalah penelitian mu. Jadi alat analisis tergantung tujuan penelitian mu.

            Aku lanjutkan yah, sedikit lagi magrib soalnya. Setelah kamu antar penelitianmu lewat pendahuluan, kamu paham teori yang menjelaskan hubungan antar variabel, kamu juga sudah tahu variabel apa yang akan kamu gunakan serta bagaimana cara menguji hubungan antara variabel tersebut. Nah saat nya kamu melakukan analisis. Mulailah mengujinya. Lihatlah hasilnya bagaimana?

            Khusus untuk hasil pengujian yang pertama kali kamu liat adalah arah hubungan antara variabelnya. Lihatlah apakah arahnya sesuai dengan teori? Jika sesuai kemudian lihat tingkat signifikansinya. Namun jika belum sesuai periksalah kembali. Apakah pemahaman teorimu sudah benar? Jangan jangan kamu salah memahami teori. Jika sudah benar cek kembali apakah pengambilan variabel mu sudah benar? Jangan janga ada variabel yang salah dalam pengukurannya. Hal tersebut bisa terjadi, dimungkinkan ketika pengambilan sampel atau pengambilan data tidak cermat sehingga nilai dari data tersebut tidak mencerminkan variabel yang dimaksud oleh teori.

            Jika sudah benar semua dan kamu cek sudah yakin namun masih bertentangan dengan  teori. maka saran saya sekali lagi untuk mengeceknya. Apakah uji uji asumsi yang melatar belakangi sudah terpenuhi semua? Jika sudah dan kamu benar benar yakin metode kamu sudah benar maka ya itulah hasil penemuanmu. Barangkali memang pengujian terhadap suatu teori tertentu di daerah tertentu dan pada teori tertentu bisa berbeda bila di daerah lain dan di periode lain.

            Oke the last adalah kesimpulan. Wait wait,,, aku paham kesimpulan itu yang ada di bab analisis kan? Tingal di ringkas aja. Kata temanku menyela. Hmmm ada sedikit perbedaan antara yang kamu pahami dan makna dari kesimpulan sesunguhnya. Setelah kamu menganalisis hubungan antar variabel, kamu juga sudah menemukan hasilnya dan penyebabnya. Maka saatnya kamu mengemukakan. Apakah sebenarnya makna dari temuanmu. Temuanmu menunjukkan apa itu lah kesimpulan. Jadi kesimpulan bukannya ringkasan dari bab analisis. Dan akhirnya saran. Untuk saran nih, aku sarankan jangan buat yang muluk muluk saran penelitianmu. Muluk itu yang ga ada hubugannya dengan hasil penelitianmu. Buatlah saran yang diambil berdasarkan hasil temuanmu. Sederhana bukan?

            Hmm yaya ternyata menulis skripsi sederhana. Tinggal kita mau atau tidak saja melakukan prosesnya ya. Hmm ya deh aku mau nulis sekarang. Semakian cepat memulai, semakin banyak waktuku untuk mengerjakan skripsi, semakin di asah semakin tajam. ^^